oleh: Yanto
Allah telah befirman kaitannya dengan tempat persinggahan firasat
ini,
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tandatanda."
(Al-Hijr: 75).
Menurut Mujahid, mutawassimin (orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda) di dalam ayat ini artinya orang-orang yang memiliki firasat.
Menurut Ibnu Abbas, artinya orang-orang yang memandang. Menurut Qatadah, artinya orang-orang yangmengambil pelajaran. Menurut Muqatil,
artinya orang-orang yang berpikir.
Tidak ada yang menyimpang dalam pendapat-pendapat ini. Sebab
orang yang memandang dan memperhatikan akibat dan kesudahan yang dialami orang-orang yang mendustakan, tentu akan mendapatkan fira-sat
dan pelajaran serta pemikiran. Allah befirman tentang orang-orang
munafik,
"Dan, kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka
kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya, dan kamu benar-benar mengenal mereka dengan kiasankiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kalian." (Muhammad: 30).
Mengenal yang pertama merupakan firasat pandangan dan mata,
sedangkan mengenal yang kedua merupakan firasat telinga dan
pendengaran.
Firasat ada tiga macam:
Firasat Pertama: Berkaitan dengan iman. Sebabnya adalah cahaya yang dimasukkan Allah ke dalam hati hamba, sehingga dia bisa membedakan antara yang haq dan batil, yang jujur dan yang dusta. Hakikatnya firasat ini menyusup ke dalam hati dan menajikan kebalikannya, melom-pat
ke dalam hati seperti melompatnya singa ketika menerkam mang-sanya.
Firasat ini tergantung pada kekuatan iman. Siapa yang imannya lebih kuat, maka firasatnya lebih tajam.
Abu Sa'id Al-Kharaz berkata, "Siapa yang memandang dengan cahaya firasat, maka dia memandang dengan cahaya kebenaran."
Al-Wasithy berkata, "Firasat merupakan pancaran cahaya yang
menyusup ke dalam hati, yang memungkinkan dapat mengetahui raha-siarahasi dalam hal-hal yang gaib, dari yang gaib kepada yang gaib, hingga dia dapat mengetahui sesuai seperti yang diperlihatkan Allah kepadanya."
Amr bin Najid menuturkan bahwa Syah Al-Karmany termasuk orang
yang tajam firasatnya dan tidak pernah meleset. Dia pernah berkata, "Siap yang menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, menahan diri dari nafsu, mengisi batinnya dengan pengawasan Allah dan zhahir-nya
dengan mengikuti As-Sunnah serta biasa memakan yang halal, makafirasatnya tidak akan meleset."
Abu Hafsh An-Nisabury berkata, "Seseorang tidak boleh membual
tentang firasat, tetapi dia harus takut firasat dari orang lain. Sebab Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Takutlah kalian terhadap firasat orang Mukmin, karena dia memandang dengan cahaya Allah."
Beliau tidak mengatakan, "Berfirasatlah kalian. Maka bagaimana mungkin seseorang membual mendapatkan firasat, padahal dia dalam posisi yang harus mewaspadai firasat?"
Suatu hari Al-Junaid berbicara dengan beberapa orang. Lalu ada
seorang Nasrani yang berdiri di hadapannya dengan sikap yang tidak kompromis, seraya bertanya, "Wahai Syaikh, apa makna sabda Muhammad,'Takutlah kalian terhadap firasat orang Mukmin, karena dia memandang dengan cahaya Allah?'"
Al-Junaid menundukkan kepala beberapa saat, lalu dia mengangkatnya lagi seraya berkata, "Masuklah Islam, karena kini sudah tiba saatnya bagimu untuk masuk Islam." Maka orang Nasrani itu pun masuk Islam.
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yang paling besar firasatnya dari umat ini. Sesudahnya adalah Umar bin Al-Khaththab. Tentang kete-patan firasat Umar ini sudah sangat terkenal. Jika dia berkata, "Kukira begini",
maka yang terjadi pun seperti yang dikatakannya itu. Bahkan firasat Umar ini juga sesuai dengan apa yang ditetapkan Allah. Firasat para shahabat adalah yang paling benar. Dasar jenis firasat ini berasal dari kehidupan dan cahaya yang dianugerahkan
Allah kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, sehing-ga
hati mereka menjadi hidup, bersinar dan bercahaya, sehingga hampir hampir firasatnya tidak meleset.
Firasat Kedua: Firasat dengan cara latihan, membuat perut lapar,
tidak tidur malam dan menyendiri. Jika jiwa dibebaskan dari segala macam kaitan, maka ia akan memiliki firasat dan pengungkapan hakikat, tergantung dari porsinya. Firasat ini bisa didapatkan orang Mukmin dan kafir,
tidak menunjukkan kepada iman. Banyak orang bodoh yang terkecoh dengan firasat ini, karena banyak pendeta yang juga memiliki kejadiankejadian yang menakjubkan. Ini merupakan firasat yang tidak mengungkap kebenaran yang bermanfaat dan tidak dengan cara yang lurus.
Firasat Ketiga: Yang berkaitan dengan bentuk penciptaan, yaitu seperti yang diisyaratkan para dokter dan lain-lainnya. Mereka mengacu kepada bentuk penciptaan untuk mengetahui akhlak, karena memang ada kaitan yang erat antara keduanya, sesuai dengan hikmah yang ditetapka Allah, seperti pembuktian dengan kecilnya ukuran kepala yang lebih kecil dari ukuran secara normal, yang membuktikan kecilnya ukuran otak, yang
berarti menunjukkan sempitnya pikiran. Begitu pula sebaliknya.
Kebanyakan firasat dikaitkan dengan mata, karena mata merupakan cermin hati dan tanda yang tersimpan di dalamnya. Berikutnya dengan lisan, karena lisan merupakan utusan dan penerjemahnya. Dasar firasat juga bisa dikaitkan dengan penampilan, keliaran, keadaan rambut dan lain
sebagainya. Tapi masalah ini harus diperhatikan dan seseorang tidak boleh langsung membuat keputusan berdasarkan firasat semata. Sebabdalam keadaan seperti kesalahannya lebih banyak. Tanda-tanda ini hanya sekedar sebagai sebab dan bukan sesuatu yang pasti, yang hukumnya berbeda tergantung dari perbedaan syarat-syaratnya atau karena adanya perintang.
Pengarang Manazilus-Sa'irin berkata, "Firasat ialah menyimak hu-kum sesuatu yang tidak ada di tempat, tanpa meminta bukti kehadiran-nya."Maksudnya, jika engkau bisa melihat hukum sesuatu yang tidak ada di tempat. Jika dengan cara menyimak itu engkau bisa mengetahui hukumnya, maka itulah yang disebut firasat
Bagikan
Tempat persinggahan FIrasat, macam-macam Firasat
4/
5
Oleh
Rantausetia