@pkshol
Hadirkan....
“Hangat di Rumah, Bersemangat di Medan Dakwah”
Menikah adalah menghimpun berkah, berkebun cinta di taman surga. Dan Allah yang telah mempertemukan kita di sini, di jalan dakwah ini, untuk membasuh lelah dengan mahabbah menjadi lillah.
Mari bernasyid dulu ....
Wahai isteriku kau penuh pesona
Gigimu putih pipimu memerah
Setiap hari kau semakin prima
Kau bidadari penghuni surga
Seperti lagu kebunku, begitu pula menikah, berkebun cinta di taman surga. “Isterimu adalah sawah ladang bagimu, maka datangilah sesukamu.” Begitulah cara santun Allah yang maha indah menyanjung kehidupan pernikahan.
Untuk menghasilkan buah-buah hati qurrata a’yun yang ranum maka saatnya kita menghadirkan kehangatan di rumah dengan pasangan cinta kita dan bersemangat di medan dakwah dengan iringan kalimat dan do’a.
Kita membangun rumah asmara (as-sakinah mawaddah wa rahmah) dengan fondasi taqwa, berlantai iman, bertiangkan shalat, berdinding mahabbah, berjendela ma’rifah, berventilasi ukhuwah, berpintu mujahadah, berbilik tarbiyah, beratapkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, dan berdipan kesabaran, berkasur syukur, berlemari sedekah, bermeja qona’ah, berkursi ketaatan, bersofa tawadhu’ sehingga keluarga merasakan warna warni Islam dalam setiap sudut.
Kado nikah nikah hadir untuk melezati rasa baru dalam hidupmu. Ada sumur untuk menimba sikap dan sifat jujur. Ada keran untuk mengalirkan rasa simpati dan ringan berbagi. Ada dinding untuk menghijabi aib dan menyimpan masalah penting dan menyandarkan diri saat genting. Ada pilar untuk belajar sabar, sadar dan berlatih tegar. Ada ruang yang luas untuk menerapkan ketulusan yang riang. Bilik untuk mendidik perilaku menarik. Teras untuk menikmati rasa ikhlas yang kadang tak berbalas.
Dengan menu baru, juice mangga tanda cinta, kita nikmati kehangatan pernikahan suami yang dirindu dan isteri yang mesra menjadi pasangan romantis. Ber-217-an. Kehangatan yang menggerakkan, kenikmatan yang halal, kenangan yang membuncahkan kesetiaan menjadi penggugah yang lemah, penyemangat yang lambat, pengingat yang tersesat, penunjuk yang terpuruk, penjelas yang was-was, penegas yang malas, penggerak yang terserak, dan penawar lelah bagi para pengemban dakwah.
Kemudian dari ranjang para pejuang kita melahirkan spirit melejit di medan perang untuk menyambut seruan keimanan merengkuh keberkahan yang melipatgandakan pahala dengan aktifitas ibadah berjamaah. Tarbiyah sebagai afiliasi. Dakwah sebagai partisipasi. Harokah sebagai kontribusi.
Saudaraku, kita ini dipertemukan oleh Allah, dan kita menemukan cinta dalam dakwah. Di dalamnya kita mengubah lelah menjadi lillah. Bersama kita melangkah billah.
“Apakah pantas sesudah dakwah mempertemukan kita lalu kita meninggalkan dakwah? Saya cinta kamu dan kamu pun cinta saya, tapi kita pun cinta Allah."
Oleh: Solikhin Izzudin
Bagikan
Kado Nikah Pengemban Dakwah
4/
5
Oleh
Rantausetia