Ada sebuah kisah nyata yang cukup melankolis, mirip seperti drama korea, namun pesan di dalamnya bukan pesan percintaan biasa antara dua sejoli, namun pesan cinta pada orang tua dan pesan cinta pada Al-Quran yang menggetarkan hati. Sebut saja ada seorang anak SD namanya Umar, ia disekolahkan di sekolah terbaik, bahkan standar internasional. Siapalah diantara kita yang tidak mau menyekolahkan anak di sekolah yang bagus dan terbaik? Ayah umar yang berumur 50 tahunan memang menyekolahkan semua anak-anaknya di sekolah yang terbaik, dengan biaya yang tentu fantastis tidak sedikit, bahkan salah seorang anaknya yang paling tua nilainya cum laud. Ayah Umar termasuk pekerja keras, benar-benar pekerja keras, sehingga waktunya untuk berkumpul dengan keluarga hampir tidak ada.
Suatu hari, istrinya bilang “pa, hari sabtu ada fatrhers day di sekolahnya Umar, awas ya kalau ga dating”. Ayahnya mendengar kabar itu langsung lemes, sambil bergumam dia bilang “waduhh…paling acaranya juga begitu. Anak saya sudah 4, yang tertua sudah kuliah, masa masih harus hadir acara begitu?”. Tapi karna istrinya mengancam maka sang ayah terpaksa harus datang melupakan gengsi dan kesibukannya bekerja.
Waktu dia, ayah Umar, datang ke sekolah, ia tau isinya fatrhers day itu seperti apa. Nanti anak-anak disuruh tampil satu per satu, tampil ini dan tampil itu. Ada yang nyanyi, ada yang baca puisi, ada yang pidato dan lain sebagainya menampilan kebolehan-kebolehan mereka. Nanti setelah tampil ayahnya dipanggil satu per satu memeluk dan mencium menunjukan kasih sayangnya pada anaknya yang terlihat seperti pura-pura.
Para ayah yang yang umur 30an tahun sangat semangat duduk di depan. Karna ayah Umar umurnya 50an, maka dia duduk di belakang. Waktu acara dimulai oleh pembawa acara, persis sepeti apa yang dibayangkan oleh sang ayah. Ada yang baca puisi, nyanyi pidato dan lain-lain. Begitu tiba giliran Umar, Umar dipanggil oleh pembawa acara, “ayo Umar bin fulan”. Ayahnya Umar di belakang sambil mengeluarkan Smart Phone atau BB-nya pada saat itu kemudian bergumam, “paling juga dia mau nyanyi doang”. Maka begitu tampil, kemudian Umar ditanya oleh pembawa acara, “kamu mau menampilkan apa, nak?” Dijawab oleh umar, “boleh saya panggil Ustadz Arif?” Jawab pembawa acara “oh, boleh silahkan”. Kemudian pembawa acara mempersilahkan dan mengenalkan Ustadz Arif bahwa beliau adalah guru ekstrakulikuler, guru baca Al-Quran. Maka kemudain Ustadz Arif bertanya, “kamu mau tampilkan apa?” Jawab Umar, “Ustadz, boleh buka surat 78 surat Annaba?” Dijawab lagi oleh Ustadz Arif , “oh boleh”. Kemudian dibukalah surat An-Naba, “silahkan”, kata Ustadz Arif sambil mau memberikan Al-Quran-nya. “Tidak Ustadz, Ustadz aja yang pegang, aku akan membacanya”. Tanya ustadz arif kaget, “O, jadi kamu hafal?” Jawab Umar, “ya hafal” Begitu dia mau membaca surat An-Naba, maka semua ayah yang tadi bangga terhadap anak-anaknya lantas semua pqra ayah jadi terkejut.
Ini sekolah internasional, bukan pesantren, bukan majlis taklim. Anak ini membacakan dengan merdunya surat An-Naba dan ternyata dia juga hafal. MasyaAlloh..,Pada saat Umar membacakannya, mulai dari ayat pertama, "Ammma yatasaa Aluun" mata para ayah yang hadir pada acara tersebut, lambat laun mulai meleleh mendengar lantunan surat tersebut. Tadinya mereka, para ayah, bangga pada anak-anak mereka yang menampilkan segala kemampuan duniawi mereka, saat itu tiba-tiba mereka berkeinginan punya anak seperti Umar. Begitu umar sampai pada ayat terakhir..Innaa Andzarnaakum Adzaabanqoriibaa, Yaumayandzurul Mar’u maa Qoddamatyadaahu Wayaquulul kaafiruyaa laitaniii Kuntuturoobaa, Ayahnya Umar belum dipanggil tiba-tiba berdiri kemudian dari belakang berlari menghampiri anaknya, dia peluk anaknya, dia cium anaknya, maka kemudian terjadilah drama yang cukup mengharukan dalam acara tersebut.
Ketahuilah saudara-saudaraku semuanya...Al-Quran itu membanggakan, ke-sholih-an itu sangat membanggakan. Maka, usai mereka berpelukan dan menangis, kemudian pembawa acara bertanya pada umar “Umar, apa yang membuatmu ingin membacakan surat An-Naba di hadapan kami semua?” Jawab Umar dengan polosnya “Ustadz Arif bilang “jangan malas mengaji, Umar. Rajin-rajinlah membaca dan menghafalkannya karena Al-Quran akan membuat bangga orang tuamu”. Jadi aku ingin membuat bahagia orang tuaku nanti, aku akan membuat mereka bangga di akhirat nanti”.
Innawa'dalloohiHaq (Sesungguhnya janji Allooh itu benar). Alloh akan menjamin kebahagiaan orang tua berupa pahala kebaikan, manfaat dari kesholihan anaknya, ketika anaknya di dunia menjadi anak yang bertaqwa, anak yang sholih, termasuk juga anak yang pandai membaca Al-Quran. Sesuai dengan hadits dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : "Rasulullah s.a.w. bersabda : "Apabila anak Adam - yakni manusia - meninggal dunia, maka putuslah amalannya - yakni tidak dapat menambah pahalanya lagi, melainkan dari tiga macam perkara, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang dapat diambil kemanfaatannya atau anak yang sholih yang suka mendoakan untuknya (orang tuanya) (HR. Muslim)
Membanggakan orang tua atau membahagiakan orang tua, adalah kewajiban balas budi kepada orang tua bagi seorang anak. Namun sering kali kebanggaan yang diberikan sebagai balas budi itu berhenti di dunia saja. Umumnya orang tua akan dipandang baik oleh masyarakat, dipandang baik oleh tetangganya, dipandang baik oleh penduduk kampungnya, jika anaknya sukses, punya pangkat dan jabatan yang terhormat. Tapi ternyata tidak sedikit yang melupakan sisi yang dipandang oleh Alloh yang seharusnya menjadi rencana jangka panjang kebahagiaan orang tua di dunia maupun di akhirat, yaitu kesholihan seorang anak. Tidak salah sepenuhnya memang, membahagiakan orang tua dengan prestasi kita, harta kita, jabatan kita atau pangkat kita. Tapi itu masih kurang, kurang banget, karena kebanggaan atau kebahagiaan orang tua seperti itu HANYA BERHENTI DI DUNIA saja.
Tambahin lah dengan amal sholih, bahagiakan orang tua, buat orang tua kita bangga (bukan berarti ujub), dengan kesholihan yang efeknya berpengaruh hingga akhirat, kehidupan yang abadi.
Kejarlah dunia dengan tujuan ingin mendekatkan diri pada Alloh. Kejar semua prestasi, harta, pangkat dan jabatan itu asalkan semua itu membuat kita makin cinta dengan Al-Quran, cinta sedekah, cinta sholat Tahajjud, cinta Sholat dhuha, tapi kalau dengan mengejar dunia malah menjauhkan diri kita dari Alloh, maka Alloh tidak butuh pekerjaan-pekerjaan kita. Siapa yang memberi kita pekerjaan, siapa yang memberi kita bisnis, siapa yang memberi kita penghasilan, siapa yang memberi kita jabatan, siapa yang memudahkan kita mendapatkan pangkat kalau bukan Alloh? Tapi kalau dengan semua nikmat-nikmat dan pekerjaan itu kemudian membuat kita makin jauh dari Alloh, maka sekali lagi, Alloh tidak butuh semua pekerjaan-pekerjaan itu. Betapa mudahnya bagi Alloh mengambil nikmat itu sekejap mata. Wallohua'lam. Semoga Alloh mudahkan kita membuat orang tua bahagia di dunia hingga di akhirat. Amin
oleh : Indra Mulya
Bagikan
Cerita Motivasi, Harta, Pangkat Nak untuk Orang TUA!
4/
5
Oleh
Rantausetia