50 Tahun Syahidnya Sayyid Quthb]
Oleh: Erwin
1. Hari ini 50 tahun lalu, di hari yang sama, Senin, 29 Agustus 1966, dunia Islam kehilangan salah satu putra terbaiknya.
2. Ulama, pemikir, dan tokoh pergerakan sekaligus, Sayyid Quthb harus mengakhiri hidupnya di tiang gantungan. Bersamanya juga turut digantung dua orang sahabat perjuangannya: Muhammad Yusuf Hawwash dan Abd. Fatah Ismail.
3. Tuduhan kepadanya adalah memimpin Ikhwanul Muslimin (IM) utk melakukan percobaan penggulingan dan pembunuhan terhadap penguasa tiran, gamal abd. naser. Dan bukunya "Ma'alim fii Thariq" dianggap sbg sumber provokasi.
4. Dunia Islam marah dan protes. Bahkan raja Saudi, Faisal bin Abdul Aziz, mengirim telegram kepada gamal abd. naser utk membatalkan hukuman gantung tsb.
5. Dengan licik gamal abd. naser memerintahkan ajudannya agar telegram tsb diberikan kepadanya sesudah hukuman mati dilaksanakan, agar dapat memberi jawaban kepada raja Faisal bhw telegram telat ia terima. #LICIK.
6. Sebelum hukuman gantung dilaksanakan, gamal abd naser pernah mengirim utusannya utk membujuk Sayyid Qutbh agar mau menulis permintaan ampun dan dibebaskan dari hukuman. Namun dengan tegas Sayyid Quthb mengatakan: "Telunjuk yang setiap hari memberi kesaksian tauhid kepada Allah swt saat shalat, menolak utk menulis satu kata pengakuan utk penguasa tiran. Jika saya dipenjara karena kebenaran, saya rela dengan hukuman kebenaran. Jika saya dipenjara dengan kebathilan, pantang bagi saya meminta belas kasih kepada kebathilan".
7. Malam hari sblm eksekusi, seorang sheikh didatangkan menemuinya dan berkata, “Wahai Sayyid, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah…”. Sayyid Qutb hanya tersenyum lalu berkata, “Sampai juga engkau wahai Sheikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah, kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan kalimat Laa ilaha illa Allah, sementara engkau mencari makan dengan Laa ilaha illa Allah”.
8. Sayyid Quthb lahir dan besar dari keluarga taat beragama. Tak heran jika dalam usia 10 tahun, ia tuntaskan hapalan qur'annya. Dalam sebuah catatan buku hariannya beliau menulis: "harapan terbesar ibu adalah agar Allah membuka hatiku, hingga aku bisa menghapal al-qur'an dan membacanya dihadapan ibu dgn baik. Kini aku telah menghapalnya, dengan begitu aku telah menunaikan sebagian harapan ibu."
9. Selesai menuntaskan pendidikan dari Universitas Darul Ulum (1933) beliau bertugas pada Kementerian Pendidikan, yang pada tahun 1948 mengutusnya ke amerika serikat (AS) untuk mengkaji kurikulum dan sistem pendidikan disana.
10. Ternyata tugas di AS inilah yg mengantarkannya pada jalan dakwah dan jihad. Suatu ketika saat beliau dirawat di salah satu rumah sakit disana, beliau mendengar kabar kematian seorang da'i di negerinya, Hasan al-Banna, yang ditembak oleh tangan2 jahat aparat pemerintah. Kematian al-Banna begitu berbekas dalam jiwa Sayyid Quthb karena dia menyaksikan sendiri bagaimana orang2 amerika menyambut dengan suka cita kematian al-Banna.
11. Sepulangnya ke Mesir, ia putuskan utk mempelajari semua risalah Hasan al-Banna dan memutuskan bergabung bersama jamaah Ikhwanul Muslimin (1951). Melanjutkan cita-cita dan perjuangan Hasan al-Banna, meski tak pernah jumpa sebelumnya.
12. Sebagai seorang da'i dan tokoh pemikir, karya-karya Sayyid Quthb yg dikenal sbg ideolog kedua IM setelah Hasan al-Banna, banyak menghiasi khazanah keilmuan pustaka dunia Islam. Yang paling fenomenal tentu saja tafsir Fii Zhilalil Qur'an, yang sebagian besar ia tulis dari balik jeruji penjara tiran.
13. Kini... 50 tahun berlalu sejak kesyahidannya, Sayyid Quthb tetap 'hidup' dan dikenang oleh kaum muslimin melalui karya-karya dan perjuangannya.
14. Jika Syaikh Abdullah 'Azzam pernah berujar bahwa sejarah Islam hanya ditulis dengan 2 warna, yaitu hitamnya tinta ulama dan merahnya darah syuhada; maka Sayyid Quthb menorehkan keduanya.
15. Hitamnya tinta Sayyid Qutbh menghidupkan khazanah pemikiran dunia Islam, dan merahnya darah Sayyid Qutb mengidupkan ghirah (spirit) dakwah dan jihad kaum mus
Bagikan
Mengenang Sayyid Quthb
4/
5
Oleh
Rantausetia