Ketika
Perang Jalan Terakhir
“Hai orang-orang yang
beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu
dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui. “ (Q.S Shaff , 10-11)
Negeri Sai Bumi Ruwa
Jurai baru saja berduka, korban pertempuran antar warga berjatuhan ; bukan Bali
bukan Lampung, bukan Jawa bukan Sunda, bukan Papua bukan Aceh tapi mereka
adalah Indonesia. Sungguh peristiwa yang tidak dinginkan oleh setiap orang yang
mengerti makna kehidupan. Hubugan sosial yang selayaknya menjadi perhatian khusus terutama dalam masalah
kerukunan, keamanan dan kesejahteraan hingga pada keseimbangan yang sesuai
dengan harapan bangsa dan negera Bhineka Tunggal Ika. Kesedihan yang kembali
berurai aimata menyelimuti suara-suara tangisan anak bangsa, menjerit ketakutan
karena ternyata Indonesia belum merdeka.
Ketika perang adalah
jalan terakhir maka harta dan nyawa adalah taruhannya. Tidak mempedulikan
sebangsa atau setanah air kalau perang jalan terakhir sangat berat untuk
diakhiri karena korban sudah berjatuhan karena perang sudah dimulai. Perihatin
dan sedih itulah yang dapat dirasakan oleh warga Negara yang menyaksikan. Mempertanyakan
apa sebab dan sebab pertempuran terjadi, mempertanyakan tidakkah mufakat adalah
keputusan yang selayaknya menjadi perhatian dan jalan kebersamaan untuk menemui
kerukunan antar warga.
Nyawa bukanlah harta
yang dapat diperjualbelikan, sehingga istilah kau jual aku beli perlu untuk tidak dijadikan tren dalam masalah-masalah hubungan sosial demi terciptanya
keamanan dan kerukunan. Pendidikan adalah sarana penting untuk membuka wawasan
kemajuan dan kebersamaan antar warga Negara. Namun yang pada kenyataanya
pertempuran yang sering terjadi adalah di lingkungan pendidikan. Masyarakat
yang menantikan dan menuntun kerukunan malah dibayangi oleh kengerian yang
terjadi dalam dunia pendidikan. Berbagai macam hal dapat terlihat dalam dunia
pendidikan Indonesia maka perjuangan kemerdekaan sekarang adalah memerdekakan
sistem pendidikan.
Pendidikan agama
menjadi dasar pokok semua aspek kehidupan, karena memberikan pengetahuan yang
sangat mendalam tentang makna kehidupan. Dunia bukanlah tempat terakhir sebagai
ujung dari perjuangan, tapi ada surga dan neraka yang sudah menanti kedatangan
setiap manusia yang layak menempati kedua tempat tersebut. Percuma dan akan
sia-sia saja jika neraka adalah tempat yang kekal untuk ditempati. Berbagai hal
di dunia yang menjadi keindahan tidak akan pernah terasa jika neraka adalah
ujungnya.
Pertempuran yang
terjadi di negeri saat sekarang ini sungguh memprihatikan. Tawuran antar
pelajar yang berakhir pada korban, pertempuran antar suku yang berakhir pada
penghancuran harta benda dan sampai pada penghilangan nyawa semakin tumbuh
kembang mengikuti alur kehidupan. Sehingga cukup membuat kepedihan bagi setiap
warga yang menyaksikan. Korban-korban yang berjatuhan akankah masuk ke dalam
neraka atau surga? dan orang-orang yang bertempur akankah menjadi penerima dosa
atau penerima pahala? Jawabannya adalah Allah yang Maha Kuasa akan balasan atas
semua yang manusia lakukan.
Hikmah dari semua yang
dapat tersaksikan adalah memberikan kemerdekaan bagi setiap insan agar lebih
memperhatikan makna kehidupan yang seharusnya menjadi perhatian penting. Hidup
yang hanya sekali waktu dan tidak akan berulang perlu untuk ditumbuhkan rasa
kasih sayang, rasa cinta dan kebersamaan, rasa persaudaran dan rasa kenyamanan
dalam berbagai hubungan demi hadirnya keterwujudan keamanan, kerukanan dan
kesejahteraan bangsa karena semua itu adalah tanggung jawab kita bersama
sebagai makhluk yang beriman dan berakal.
Bagikan
Ketika Perang Jalan Terakhir
4/
5
Oleh
Rantausetia